Benteng Vredeburg juga dilengkapi dengan meriam-meriam yang mengarah ke Keraton Yogyakarta untuk mengantisipasi serangan yang muncul dari tentara Keraton Yogyakarta, walaupun pada akhirnya meriam-meriam tersebut tidak begitu bermanfaat saat terjadi serangan dari gerilyawan Indonesia pada tahun 1949.
Sebagai
salah satu peninggalan sejarah, sampai saat ini Benteng Vredeburg dijaga dan dirawat
dengan baik. Ini tampak dengan masih kokoh dan terawatnya dinding
benteng termasuk selokan yang mengelilingi benteng tersebut, dengan
taman yang indah di sekeliling benteng tersebut.
Bangunan-bangunan yang ada di dalam kompleks Benteng Vredeburg itu sendiri telah
mengalami pemugaran, sehingga tampak kokoh dan asri. Di dalam beberapa
bangunan-bangunan tersebut terdapat diorama-diorama yang mengisahkan
perjuangan tentara Republik Indonesia dalam masa penjajahan Belanda.
Selain diorama-diorama tersebut, Benteng Vredeburg saat ini juga
menjadi salah satu tempat aktivitas budaya dan kesenian di Yogyakarta,
ini tampak dengan seringnya benteng ini dimanfaatkan oleh budayawan
dan seniman sebagai ajang berkreasi dan memamerkan karya seni dan
budaya kepada masyarakat, sebagai contoh ajang FKY yang salah satu
kegiatannya dilaksanakan di benteng ini.
{Malioboro Tempoe Doeloe}
Malioboro
adalah nama jalan di Kota
Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan
Kantor Pos Yogyakarta yang terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi dan
Jalan Jend. A. Yani, Jalan ini merupakan poros Garis Imaginer Kraton
Yogyakarta.
Terdapat beberapa obyek bersejarah di jalan ini antara lain Tugu Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.
Keramaian dan semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari banyaknya pedagang kaki lima yang berjajar sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya, hampir semuanya yang ditawarkan adalah barang/benda khas Jogja sebagai souvenir/oleh-oleh bagi para wisatawan. Mereka berdagang kerajinan rakyat khas Jogjakarta, antara lain kerajinan ayaman rotan, kulit, batik, perak, bambu dan lainnya, dalam bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan rotan, wayang kulit, gantungan kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon batik [semacan topi khas Jogja/Jawa], kaos dengan berbagai model/tulisan dan masih banyak yang lainnya.
Para pedagang kaki lima ini ada yang menggelar dagangannya diatas meja, gerobak adapula yang hanya menggelar plastik di lantai. Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja antar pengunjung akan saling berdesakan karena sempitnya jalan bagi para pejalan kaki karena cukup padat dan banyaknya pedagang di sisi kanan dan kiri.dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan gudeg khas jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para Seniman-seniman-seniman yang sering mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art, pantomim dan lain-lain disepanjang jalan ini.
Terdapat beberapa obyek bersejarah di jalan ini antara lain Tugu Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.
Keramaian dan semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari banyaknya pedagang kaki lima yang berjajar sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya, hampir semuanya yang ditawarkan adalah barang/benda khas Jogja sebagai souvenir/oleh-oleh bagi para wisatawan. Mereka berdagang kerajinan rakyat khas Jogjakarta, antara lain kerajinan ayaman rotan, kulit, batik, perak, bambu dan lainnya, dalam bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan rotan, wayang kulit, gantungan kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon batik [semacan topi khas Jogja/Jawa], kaos dengan berbagai model/tulisan dan masih banyak yang lainnya.
Para pedagang kaki lima ini ada yang menggelar dagangannya diatas meja, gerobak adapula yang hanya menggelar plastik di lantai. Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja antar pengunjung akan saling berdesakan karena sempitnya jalan bagi para pejalan kaki karena cukup padat dan banyaknya pedagang di sisi kanan dan kiri.dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan gudeg khas jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para Seniman-seniman-seniman yang sering mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art, pantomim dan lain-lain disepanjang jalan ini.
Malioboro Zaman Sekarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar