Senin, 19 Desember 2011

Monumen Mandala: Wisata Sejarah Pembebasan Irian Barat

Menjulang tinggi di pusat Kota Makassar, sekitar setengah kilometer sebelah Selatan Lapangan Karebosi. Monumen yang didirikan di atas lahan seluas satu hektare ini dibangun pada tanggal 11 Januari 1994. Peletakan batu pertama dilaksanakan oleh Menko Polkam Soesilo Sudarman, dan diresmikan oleh Presiden H. M. Soeharto, pada tanggal 19 Desember 1995. 
Monumen Mandala. Di jantung Kota Makassar. (Foto: Zainal Rahman. 
11 Oktober 2011)
Monumen Mandala. Di jantung Kota Makassar. (Foto: Zainal Rahman. 11 Oktober 2011)
  
Meski monumen ini hanya menara beton yang berongga, kaku, namun masih menyisakan denyut perjuangan dan semangat yang kuat

Monumen Pembebasan Irian Barat atau lebih dikenal sebagai Monumen Mandala adalah pengingat atas keberhasilan Indonesia merebut kembali (pembebasan) wilayah Irian Barat -sekarang Papua- yang bergolak pada 1962 ke pangkuan Ibu Pertiwi. Ketika itu Indonesia masih dipimpin presiden pertama RI, Soekarno. Meskipun Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaan hampir 20 tahun, namun Belanda masih menguasai wilayah Irian Barat. Tinggi Menara Monumen yang mencapai ketinggian 62 meter merupakan simbol tahun 1962, tahun terjadinya perjuangan pembebasan Irian Barat.
Pengingat sejarah “Pembebasan Irian Barat”. (Foto: Zainal Rahman. 
11 Oktober 2011)
Pengingat sejarah “Pembebasan Irian Barat”. (Foto: Zainal Rahman. 11 Oktober 2011)
Lalu, mengapa monumen ini dibangun di Makassar? Karena perjuangan dimulai dari kota ini. Di sinilah bermarkas pasukan pembebasan Irian Barat.

Sejarah mencatat, perundingan yang dilakukan pemerintah Indonesia dengan pihak Belanda untuk membebaskan Irian Barat ketika itu semuanya kandas dan berakhir sia-sia tanpa hasil. Akhirnya, pemerintah menggunakan kekuatan militer; Presiden Soekarno pada Desember 1961 mencetuskan Tiga Komando Rakyat atau Trikora.

Soekarno mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta, dan mengangkat  Mayor Jenderal Soeharto sebagai panglima serta Komando Mandala. Tugas komando ini adalah merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian Barat dengan Indonesia.

Guna melancarkan operasi militer ini Indonesia membeli berbagai macam peralatan militer dari Uni Soviet, antara lain: 

Dalam pembenahan. (Foto: Zainal Rahman. 11 Oktober 2011)
Dalam pembenahan. (Foto: Zainal Rahman. 11 Oktober 2011)
41 Helikopter MI-4 (angkutan ringan),
9 Helikopter MI-6 (angkutan berat),
30 pesawat jet MiG-15,
49 pesawat buru sergap MiG-17,
10 pesawat buru sergap MiG-19,
20 pesawat pemburu supersonik MiG-21,
12 kapal selam kelas Whiskey,
puluhan korvet, dan
1 buah Kapal penjelajah kelas Sverdlov (yang diberi nama sesuai dengan wilayah target operasi, yaitu KRI Irian).


Dari jenis pesawat pengebom, terdapat 22 unit pesawat pembom ringan Ilyushin Il-28, 14 pesawat pembom jarak jauh TU-16, dan 12 pesawat TU-16 versi maritim yang dilengkapi dengan persenjataan peluru kendali anti kapal (rudal) air to surface jenis AS-1 Kennel. Sementara dari jenis pesawat angkut terdapat 26 pesawat angkut ringan jenis IL-14 dan AQvia-14, 6 pesawat angkut berat jenis Antonov An-12B buatan Uni Soviet dan 10 pesawat angkut berat jenis C-130 Hercules buatan Amerika Serikat.

Semua potensi nasional kala itu dimobilisasi. Mulai pusat hingga daerah, bersiap-siap melakukan langkah militer untuk merebut Irian Barat. Soekarno membentuk Komando Mandala yang besifat gabungan. Setelah itu melantik Brigjen Soeharto menjadi Deputi Wilayah Indonesia Timur dan Panglima Komando Mandala setelah pangkatnya dinaikkan menjadi Mayjen.
Panggung pertunjukan. Sedang direnofasi. (Foto: Zainal Rahman. 11 
Oktober 2011)
Panggung pertunjukan. Sedang direnofasi. (Foto: Zainal Rahman. 11 Oktober 2011)

Desain Monumen
Desain monumen yang dibuat dengan bentuk segi tiga sama sisi  menyimbolkan Tiga Komando Rakyat (Trikora). Pada bagian bawah monumen, terdapat relief lidah api yang menjadi simbol semangat dari Trikora, sementara relief sama di bagian atas melambangkan semangat yang tidak pernah padam. Lalu ada juga 27 patung batang bambu runcing sebagai simbol instrumen perjuangan fisik rakyat saat itu.

Relief SURAT MANDAT. Tertulis: “Markas Besar Tentara. MANDAT. 
Kepada saudara Andi Mattalatta utusan pemuda dan golongan raja-raja dari
 sulawesi, yang sesuai dengan hasil konfrensi perjuangan kemerdekaan 
Indonesia yang berlangsung pada Bulan Nopember 1945 di ParePare. Dengan 
ini saya beri kuasa penuh untuk membentuk Tentara Republik Indonesia di 
Sulawesi. Segala sesuatu yang bersangkutpaut dengan surat kuasa ini 
diselesaikan sesuai dengan prosedur yang sebagai lampiran surat kuasa 
ini dan petunjuk-petunjuk yang diberikan secara lisan. Jogjakarta, 20 
Maret 1946. Markas Besar Tentara. Panglima Besar. Ttd. Jenderal 
Soedirman”   (Foto: Zainal Rahman. 11 Oktober 2011)
Relief SURAT MANDAT. Tertulis: “Markas Besar Tentara. MANDAT. Kepada saudara Andi Mattalatta utusan pemuda dan golongan raja-raja dari sulawesi, yang sesuai dengan hasil konfrensi perjuangan kemerdekaan Indonesia yang berlangsung pada Bulan Nopember 1945 di ParePare. Dengan ini saya beri kuasa penuh untuk membentuk Tentara Republik Indonesia di Sulawesi. Segala sesuatu yang bersangkutpaut dengan surat kuasa ini diselesaikan sesuai dengan prosedur yang sebagai lampiran surat kuasa ini dan petunjuk-petunjuk yang diberikan secara lisan. Jogjakarta, 20 Maret 1946. Markas Besar Tentara. Panglima Besar. Ttd. Jenderal Soedirman” (Foto: Zainal Rahman. 11 Oktober 2011)
Monumen juga dikelilingi oleh kolam yang berarti kejernihan berpikir yang mutlak dimiliki dalam setiap perjuangan. Sayang, kondisi monumen terlihat kurang mendapat perawatan. Dinding menara dan beberapa bagian monumen ditumbuhi lumut dan semak, begitu pula kolam air yang mengelilingi monumen sudah tidak berfungsi lagi.

Apabila Anda melihat di ketinggian puncak menara, di sana terlihat sebuah harde (penangkal petir) yang seolah hendak menusuk langit; bermakna cita-cita tinggi yang hendak diraih.  Ada sebuah lift yang disiapkan untuk mengangkut pengunjung naik ke ruangan pengawas di puncak menara. Untuk masuk dan menikmati pemandangan dari ketinggian, pengunjung dikenai tarif Rp 10.000 per orang. Biasanya lift akan dioperasikan jika pengunjung datang secara berombongan. Sayang saat VERSI berkunjung, lift belum dapat difungsikan. Menurut Anwar, security monumen,  lift masih dalam perbaikan.

Keseluruhan tinggi monument Mandala mencapai 75 meter, terdiri empat lantai.  Lantai pertama menggambarkan perjuangan pahlawan lokal, sementara lantai dua menggambarkan perjuangan pahlawan nasional. Di areal tersebut juga terdapat beberapa bangunan lain, seperti galeri, dan ruang pertemuan. Khusus galeri, saat ini difungsigandakan sebagai Sekretariat Dewan Kerajinan Nasional Indonesia Daerah Sulsel. Sementara  ruang pertemuan masih sering dipakai, seperti seminar dan aktifitas sejenis lainnya. Ruang pertemuan ini disewakan dan ada pengelola khusus yang menanganinya.

Tepat di belakang monumen, terdapat panggung pertunjukan yang biasa dipakai band-band lokal maupun nasional menghibur penggemarnya. Panggung itu berhadapan dengan tiga tribun untuk penonton. Dua tribun penonton biasa, dan satu tribun di bagian tengah diapit oleh dua tribun biasa, ada juga tribun untuk tamu khusus atau very important person. Saat tulisan ini dibuat, panggung pertunjukan tersebut sedang direnovasi. Terlihat beberapa bagian masih dalam tahap penyelesaian.

Relief selengkapnya. (Foto: Zainal Rahman. 11 Oktober 2011)
Relief selengkapnya. (Foto: Zainal Rahman. 11 Oktober 2011)


Mudah Dijangkau
Memasuki monumen, pengunjung akan diarahkan ke lantai dasar terlebih dulu oleh petugas dengan melewati sebuah tangga yang membelok menuju lantai dasar.

Pada dinding bagian luar monumen terdapat banyak relief yang menggambarkan susana atau adegan sejumlah peristiwa bersejarah yang melibatkan sejumlah tokoh dan orang-orang penting di masa lampau. Diorama ini menjelaskan momen-momen bersejarah, khususnya pada masa perjuangan kemerdekaan.

Di lantai pertama ruangan monumen, terdapat 12 diorama (selengkapnya lihat catatan di akhir tulisan ini) yang masing-masing melukiskan sejumlah persitiwa penting di masa lalu. Sementara di lantai dua juga berisi relief dan diorama yang merupakan penjelasan sejarah seputar perjuangan pembebasan Irian Barat. Sama dengan lantai satu, lantai dua juga memiliki 12 diorama. Tiga relief yang ada di lantai dua ini menggambarkan sidang atau rapat persiapan membahas strategi pembebasan Irian Barat, ada relief  Trikora, dan relief Jer Basuki Mawa Bea. Sementara lantai tiga berisi replika pakaian pasukan pada saat perjuangan pembebasan Irian Barat.

Demonstrasi di depan Monumen Mandala. Salah satu tempat favorit 
menyuarakan keprihatinan. (Foto: M. Yulanwar)
Demonstrasi di depan Monumen Mandala. Salah satu tempat favorit menyuarakan keprihatinan. (Foto: M. Yulanwar)
Meski monumen ini hanya menara beton yang berongga, kaku, namun masih menyisakan denyut perjuangan dan semangat yang kuat. Tak heran jika mahasiswa Makassar memilih kawasan elit Makassar ini menjadi salah satu tempat favorit perjuangan mereka; menyuarakan suara keprihatinannya (demonstrasi) atas apa yang menimpa negeri ini.

Berkunjung ke lokasi ini sangat mudah. Lokasinya sangat strategis, berada di jantung Kota Makassar, bersebelahan dengan Gedung Balai Prajurit Jenderal M.Yusuf di Jalan Jenderal Sudirman No.2, Kelurahan Baru, Kecamatan Ujung Pandang. Dari pusat kota, masyarakat setempat maupun pendatang dapat mencapai monumen dengan berjalan kaki atau naik becak.

Dari Bandara Sultan Hasanuddin, Monumen Mandala dapat dijangkau dengan angkutan umum taksi, maupun fasilitas pengantaran hotel melalui rute Jl.Perintis Kemerdekaan, Jl.Urip Sumoharjo, Jl.G.Bawakaraeng lalu berbelok kiri ke arah Jl.Jend.Sudirman, dengan jarak tempuh sekitar 25 km. Bisa juga melalui jalur Tol Ir.Sutami,dengan jarak tempuh hanya 17 km. Tarif Taxi dari Bandara ke Monumen Mandala Rp 87.000 (zona II). Tarif angkutan kota dengan dua kali berganti angkot Rp.6.000 (Rp 3.000/angkot).

Monumen saat senja tiba. (Foto: Zainal Rahman)
Monumen saat senja tiba. (Foto: Zainal Rahman)
Sedangkan dari Pelabuhan Soekarno Hatta anda dapat menjangkau Monumen Mandala melalui Jl.Nusantara, Jl.A.Yani, Jl.Jend.Sudirman, dengan jarak sekitar 5 km. Tarif Taxi dari Pelabuhan Soekarno-Hatta ke Monumen Mandala kurang lebih Rp 30.000.

Selain itu, seputar lokasi monumen adalah tempat bertaburan hotel maupun wisma berbagai kelas. Dengan menempati salah satu tempat inap di kawasan tersebut, berkunjung ke Monumen Mandala bukanlah hal yang sulit lagi. Selain sangat familiar di Kota Makassar –rasanya semua warga tahu tempat ini, akses kendaraan  ke tempat inipun banyak tersedia.

Tidak ada komentar: